MEMBERDAYAKAN HANTU, MENYELAMATKAN INDONESIA
Oleh Aprinus Salam
Wahai para dukun dan paranormal Indonesia,
bersatulah, selamatkan Indonesia
Keberadaan dan persoalan hantu dari dulu sudah merupakan sesuatu yang eksis di tengah masyarakat. Cuma dulu-dulu keberadaan hantu masih dianggap sebagai sesuatu yang eksklusif. Orang masih mengalami keterbatasan perspektif dan media untuk memahami dan menghadirkan hantu sebagai suatu bagian dari aktivitas publik. Hantu masih dianggap sebagai sesuatu yang misterius, abstrak, bahkan berkonotasi agak menakutkan.
Beberapa tahun belakangan ini keberadaan hantu menjadi bagian penting yang inklusif dalam berbagai kegiatan masyarakat: politik, ekonomi, sosial, kesehatan, bisnis, hiburan, hukum, dan sebagainya. Keberadaan hantu muncul di mana-mana, sehari-hari, tidak misterius, tidak abstrak, dan bukan sesuatu yang menakutkan lagi. Ia menjadi bagian perbincangan yang menggairahkan, menjadi sesuatu yang sangat akrab. Hampir sebagian besar lini perbincangan, wacana hantu bisa keluar masuk tanpa persoalan.
Secara dialektis hal itu merupakan bagian dari dampak kemajuan teknologi. Dalam berbagai cara, teknologi, terutama teknologi audio-visual mampu menghadirkan keberadaan hantu hingga menjadi kasat mata, dapat menelusup ke ruang-ruang publik, dan dikemas dengan cara yang amat menarik, sedikit horor, tetapi tidak jarang lucu dan menyenangkan. Hantu saat ini sudah menjadi kawan, teman bisnis yang sangat komersial. Acara-acara seperti Pemburu Hantu, Dunia Lain, Percaya Tidak Percaya, UK-UK, juga sejumlah sinetron yang bertokohkan hantu adalah sejumlah contoh kecil yang dapat kita saksikan di televisi kita.
Itulah sebabnya, saat ini, seseorang yang dikenal sebagai ahli hantu, atau semacam paranormal, dukun, atau sejenis itu, menjadi orang terkenal, sibuk, dan ditanggap ke sana kemari. Mereka dipercaya dapat menerangkan banyak hal terhadap satu fenomena yang mayoritas orang tidak dapat menjelaskan sosok dan keberadaan hantu. Mereka dipercaya dapat meramal berbagai kejadian, baik yang terselubung maupun yang akan datang. Bahkan mereka dipercaya dapat merubah sesuatu, berdasarkan tujuan tertentu, berkat kemampuan kerja samanya dengan hantu-hatu itu.
Dan di balik semua itu, tentu saja mereka mendapat imbalan. Kita tahu, banyak paranormal dan atau dukun yang kaya raya. Orang-orang seperti Ki Gendeng Pamungkas, Permadi, Joko Bodo, teman-teman kita di Tim Pemburu Hantu, adalah sedikit contoh orang sukses yang kaya raya berkat kemampuannya menguasai dunia hantu. Kita tidak menuduh mereka membisniskan kemampuan mereka hanya untuk cari uang. Karena toh banyak juga orang yang merasa berterimakasih kepada mereka berkat pertolongannya. Selalu pula mereka para dukun dan paranormal itu mengatakan bahwa apa yang bisa mereka bantu semata-mata karena kehendak Allah Yang Maha Berkuasa.
* * *
Terlepas dari itu, memang, fenomena dan maraknya masalah perhantuan selalu menjadi polemik. Secara sederhana sumber polemik itu dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori. Pertama, antara mereka yang percaya dan masih tidak percaya. Pada umumnya, latar belakang kepercayaan dan ketidakpercayaan itu berdasarkan interpretasi mereka terhadap agama yang mereka anut. Orang Islam misalnya, percaya dengan adanya jin dan setan, tetapi konsep atau istilah hantu masih belum selesai.
Kedua, ada yang percaya atau tidak percaya semata-mata karena rasionalistas seseorang dalam menafsirkan sesuatu yang nyata atau tidak nyata. Dalam konteks ini, bagi mereka yang tidak percaya, karena yang tidak nyata, yang tidak kasat mata, yang tidak empiris, adalah sesuatu yang tidak dapat dipercaya, tak terpikirkan, bahkan tak perlu dipikirkan. Biasanya mereka akan percaya jika telah mengalami secara empiris, mengalami sendiri fenomena hantu itu.
Ketiga, tidak tertutup kemungkinan adalah mereka yang antara percaya dan tidak percaya, baik karena interpretasi individual terhadap agama maupun rasionalitas mereka dalam memahami sesuatu yang memang selalu menimbulkan keraguan tersebut. Dalam hal ini yang penting adalah tidak ada satu keharusan pun yang dapat memaksa, atau perlu dipaksa, apakah seseorang perlu percaya kepada hantu atau tidak. Biarkanlah itu menjadi kepercayaannya sendiri-sendiri.
Sisi lain dari polemik tersebut adalah dengan mempertanyakan kenapa justru hantu yang dipilih sebagai sosok atau tokoh kita hari-hari ini. Seperti diketahui, banyak sinetron yang mengandalkan hantu, jin, peri/bidadari, kekuatan-kekuatan gaib, dan sebagainya, untuk mengatasi banyak masalah. Sisi ini memperlihatkan ketidakpercayaan manusia akan kemampuannya sendiri untuk mengatasi masalah. Atau memang terbukti, paling tidak di Indonesia, orang Indonesia tidak dapat mengatasi masalahnya sendiri yang sudah bertumpuk.
Kita tahu, masalah korupsi, koflik-konflik horisontal atau vertikal, penyelewengan hukum, kriminalitas politik, ekonomi, dan sebagainya, hingga hari ini tidak pernah terselesaikan secara memadai. Belum lagi masalah-masalah internasional, kasus TKI, bagaimana mengamankan pulau-pulau dan perairan Indonesia nun jauh di pinggir-pinggir Indonesia. Yang pasti, berbagai masalah tersebut menyebabkan Indonesia tersungkur menjadi salah satu negara paling menderita dan melarat di dunia.
Kemungkinan lain kenapa hantu menjadi pahlawan, karena manusia tidak mau bersaing untuk menokohkan atau mempahlawankan manusia lain sebagai penyelamat. Orang itu kalau bisa menjadikan pahlawan dirinya sendiri. Namun, karena kemampuan itu ternyata sulit diraih, atau memang tidak memiliki kemampuan yang lebih, maka sosok hantu, sesuatu yang hampir tidak tergugat, dan sangat mungkin tidak relevan dijadikan saingan, sehingga hantu sajalah yang menjadi pahlawan. Siapa yang cemburu jika hantu dapat menyelesaikan banyak masalah. Dia bukan saingan manusia.
Kemungkinan lain, mungkin semacam sikap ketidakberdayaan manusia memahami dirinya. Memang, selalu ada sikap dan rasa penasaran ketika manusia memahami kemanusiaannya, dan hingga hari ini, dalam segala kompleksitas perspektif teoretis, manusia itu secara mendasar masih dianggap misterius, tidak terselesaikan upaya memahaminya. Hantu juga misterius, dan menimbulkan rasa penasaran. Akan tetapi, ia bisa menjadi relfleksi dari rasa penasaran itu sendiri. Yang pasti, hantu tidak pernah menggugat bagaimana dia dipahami atau bahkan mungkin diperlakukan.
* * *
Akan tetapi, saya punya misi lain dengan tulisan ini. Para dukun dan paranormal itu selalu mengatakan bahwa sosok hantu, jin, setan, dan sebagainya itu bukanlah makhluk yang sempurna. Manusialah makhluk yang sempurna. Mereka bisa ditahklukkan. Artinya, manusia justru memiliki peluang untuk mengatasi dan mengelola keberadaan hantu, yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada manusia.
Nah, kita tahu saat ini para dukun dan paranormal, dalam banyak hal bekerja masih dalam koridor menolong manusia lain, orang per orang. Mungkin pula menolong kelompok-kelompok tertentu demi tujuan yang beragam. Dalam kehidupan politik dan ekonomi Indonesia, misalnya, dunia paranormal dan dukun berperan penting bagi tujuan-tujuan tertentu. Di sisi lain para dukun itu sebagian besar juga telah menikmati kemampuan dari kelebihannya dengan imbalan materi. Walaupun mungkin pernyataan ini sedidkit berlebihan.
Saya justru ingin menantang para dukun dan paranormal itu untuk tujuan yang lebih mulia dan besar. Dengan kemampuannya mengatasi dan mengelola dunia hantu, kemampuan itu dimanfaatkan untuk menyelamatkan Indonesia. Misalnya, menyelamatkan pulau dan perairan Indonesia nun jauh di pinggir-pinggir sana, memburu para koruptor dan para penjahat lainnya, atau apa sajalah demi perbaikan Indonesia. Sambil menolong masyarakat, kerahkan pasukan hantu ke tempat-tempat tersebut, atau tangkap para koruptor dan penjahat dalam segala cara.
Dalam hal ini sangat mungkin para koruptor dan penjahat itu punya dukungan dukun atau paranormal juga. Oleh karena itu, bersatulah para dukun dan paranormal, selamatkan Indonesia dari kehancuran. Anda boleh mengambil sedikit keuntungan dari pekerjaan tersebut, tapi kita harus kompak. Yah, mana tahu. * * *
Aprinus Salam, dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM, mahasiswa Program Doktor Pascasarjana UGM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar